Rabu, 11 Juni 2014

Arti Penting Membaca

http://ww2.sinaimg.cn/large/70e58c89tw1eg8zf5aldej21dc0w9zvq.jpg 
Jika orang mengatakan buku adalah jendela dunia, maka membaca adalah cara membuka jendela tersebut. Buku dalam konteks kini nampaknya tidak lagi diartikan sebagai lembaran kertas yang penuh tulisan dan dijilid. Perkembangan teknologi informasi telah memperluas arti dari buku, termasuk buku digital yang dengan mudah dibaca dengan Kindle keluaran Amazon atau iPad besutan Apple, dan halaman-halaman di Internat.
Dengan membaca kita bisa mengetahui banyak hal dan perspektif. Membaca juga membuka pikiran kita. Dengan membaca kita tidak lagi jumud alias kaku dan keukeuh hanya pada satu perspektif tanpa mau membuka diri terhadap pendapat berbeda. Membaca juga memperkaya imajinasi dan menjadikan kita menjadi lebih kreatif.
Dalam surat Al-Alaq, kata iqra’ sebanyak dua kali, dalam ayat pertama dan ketiga. Qurash Shihab (2006) dalam bukunya Membumikan Al-Qur’an menjelaskan bahwa perulangan ini mengindikasikan bahwa membaca memang harus dilakukan terus menerus, bahkan berulang untuk bacaan yang sama pun tidak sedikit pun memberikan kerugian. Membaca sesuatu secara berulang dapat menghadirkan pemahaman baru, dengan memberikan tafsir baru atas bacaan.
Sata teringat seorang kawan, sewaktu saya masih di bangku kuliah S1 dan sering aktif di Masjid Mujahidin di Banding, yang mempunyai komitmen untuk meluangkan waktu minimal 30 menit per hari untuk membaca buku. Dia merasa berdosa kalau komitmen ini tidak tertunaikan. Luar biasa! Saya tahu betul kawan tersebut memang menjaga komitmen. Sudah lama saya tidak kontak dengan dia sejak kepindahan saya dari Bandung tahun 1997. Kabar terakhir yang saya dengar, dia sekarang menjadi dosen di sebuah perguruan tinggi negeri di Bandung.
Komitmen dia terus terang menginspirasi saya pada saat itu. Komitmen nyatanya adalah dengan misalnya mengalokasikan uang untuk beli buku minimal satu buah dalam satu bulan. Sampai saat ini pun, cerita tentang kawan tersebut sering saya putar ulang setiap kali menyemangati mahasiswa untuk gemar membaca.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa peradaban sebuah masyarakat akan sangat ditentukan oleh bacaan generasi mudanya beberapa tahun sebelumnya. Persis dengan ketika madinatul munawwarah terbetuk setelah 20 tahun Nabi Muhammad menerima wahu pertama. Kualitas bacaan akan sangat menentukan pola pikir pembacanya. Untuk menilai manfaat bacaan, seringkali kita harus berpikir lateral, melihat dibalik teks dan gambar. Meskipun dapat dibuat perbandingan yang cukup mudah, bahkan bahan bacaan yang satu lebih bermanfaat dibanding bahan bacaan yang lain. Sebuah novel dan cerita bergambar, jika dikemas dengan baik dan syarat pesan bahkan kadang lebih memudahkan dalam penyampaian nilai-nilai. Dan, sebaliknya, tulisan serius tetapi dikemas dengan kurang pas (misal, cenderung menghujat), tentu akan lebih sulit membentuk pola pikir pembacanya. Bagi saya, apapun yang kita baca, harusnya kita selalu kritis terhadap ide-ide yang muncul dalam bahan bacaan.
Menjadi Dosen

0 komentar:

Posting Komentar